Cinta....
Apa itu cinta. Apa itu hubungan...
Pengertian seperti apa sih yang dasarnya atas cinta..
Ribet..
Pusing
Kamis, 19 Maret 2015
Sakit
Rabu, 18 Maret 2015
FARMAKOTERAPI PENYAKIT LAMBUNG
1.1.
Deskripsi
Penyakit
A. Definisi
Penyakit
ulkus peptikus (tukak) merupakan pembentukan ulkus pada saluran pencernaan
bvagian atas yang diakibatkan oleh pembentukan asam dan pepsin. Tukak berbeda
dari erosi mukosa superficial dalam yang membentuk luka lebih dalam pada mukosa
muskularis. Tiga bentuk umum dari tukak adalah ulcer yang disebabkan oleh Helicobacter pylori, obat anti inflamasi
non steroid (NSAID) dan kerusakan mukosa yang berhubungan dengan stress (Ulcer
stress).
Gastritis
erosif atau ulserasi duodenum adalah kondisi lambung dimana terjadi erosi atau
ulserasi lambung atau duodenum yang telah mencapai sistem pembuluh darah lambung
atau duodenum; dapat terjadi secara akut atau kronis.
Ulkus
gastrik adalah ulserasi mukosa lambung yang disebabkan oleh rusaknya barier
pada mukosa, memungkinkan pencucian ulang asam hidroklorik. Faktor-faktor
penyebabnya termasuk pengobatan (aspirin dan indometasin), zat kimiawi
(tembakau dan alkohol), setres, dan faktor hereditas.
Ulkus
duodenal adalah ulserasi pada mukosa duodenal yang disebabkan oleh peningkatan
jumlah asam hidroklorik dalam duodenum. Faktor-faktor penyebabnya termasuk
faktor hereditas, stresor psikososial, dan obat-obatan.
Ulkus pada
membran mukosa à bagian
bawah esopagus à lambung
à duodenum à jejenum.
Ulkus
Duodenal
ü 80
% penyebab ulkus peptikum à terjadi
pada bahian proksimal usus halus (1/2 - 2 Cm) dari pylorus
ü peningkatan
sekresi asam, peningkatan partikel massa à peningkatan
respon produksi asam.
ü keluhan
pada waktu kumat dapat beberapa hari - minggu kemudian hilang dengan sendirinya

Ulkus Lambung
§
ditemukan
pada daerah fundus dan pylorus
§
perlukaan
mukosa / mukosa muskularis
HCl
à perlukaan di ephitelium
Aliran
darah mukosa lambung menurun
Histamin
berespon à produksi asam
meningkat,vasodilatasi, peningkatan permeabilitas kapiler

B. Patofisiologi
Ø Patogenesisi
dari tukak duodenal (TD) dan tukak lambung (TL) merupakan factor refleksi dari
kombinasi ketidaknormalan patofisiologi dan lingkungan serta factor genetic.
Ø Kebanyakan
tukak terjadi disebabkan oleh asam dan pepsin dari H. pylori, NSAID atau kemungkinan factor lain yang mengganggu
pertahanan mukosa normal dan mekanisme penyembuhan. Tingkat minimal dari
sekresi asam adalah penting untuk pembentukan tukak. Basal dan sekresi asam
asam pada malam hari biasanya dapat memperparah pasien dengan penyakit TD.
Ø Kebanyakan
pasien dengan penyakit TD dan TL tidak mengkonsumsi NSAID untuk pengobatan
infeksi H. pylori dan gastritis
antral. H. pylori dapat menyebabkan
penyakit ulcer dengan merusak pertahanan mukosa melalui kolaborasi racun dan
enzim, dengan mengubah imunitas dan dengan meningkatkan pengeluaran antral
gastrin yang dpat meningkatkan pengeluaran antral gastrin yang dapat
meningkatkan sekresi asam.
Ø NSAID
kronis (termasuk aspirin) digunakan untuk penyakit yang berhubungan dengan
erosi hemorrhagic gastric, TD dan TL. NSAID dapat menyebabkan luka pada
gastroduodenal melalui dua cara yaitu:
1. Secara
langsung atau iritasi topical dari jaringan epitel dan
2. dengan menghambat system dari sintesis endogenous
mukosa saluran cerna prostaglandin.
Ø Hubungan
antara kortikosteroid dan tukak sendiri memiliki kontroversi. Bagaimanapun yang
menerima terapi Glukokortikoid dan NSAID secara bersama-sama dapat meningkatkan
resiko pada TL.
Ø Meroko
dapat meningkatkan resiko tukak dan besar resikonya adalah sebanyak rokok yang
diisap setiap harinya. Merokok dapat mengganggu proses penyembuhan penyakit
ulcer dan kemungkinan penyakit tersebut dapat kambuh kembali.
Ø Walaupun
observasi klinik menyarankan agar pasien penyakit tukak menghindari stress
namun saran tersebut gagal dijalankan.
C. Manifestasi Klinik
Ø Kebanyakan
pasien dengan penyakit TD mengalami kesakitan pada malam hari sehingga
membangunkan mereka dari tidur, itu terjadi antara jam 12 malam dan jam 3
malam.
Ø Kesakitan
berlangsung selama 1 hingga 3 jam setelah makan biasanya rasa sakit akan
berkurang dengan makan. Antasida dapat cepat meringankan rasa sakit pada
kebanyakan pasien tukak.
Ø Pasien
dengan ulkus sering mendapatkan sindrom dispetik seperti rasa panas dalam perut
dan perut gembung . Mual, muntah, anoreksia dan turun berat badan.
Ø Beberapa
penyakit yang ditimbulkan adalah dari pasien ke pasien dan beberapa penyakit
pasien tersebut adlah penyakit musiman biasanya terjadi pada musim semi dan
musim hujan.
Ø Komplikasi
dari penyakit ulcer disebkan oleh H.
pylori dan NSAID termasuk pendarahan saluran cerna atas, perforsi ke dalam
peritoneal, penetrasi ke dalam bagian tubuh seperti pancreas, dan hati.
|
Ulkus
|
Duodenum
|
Lambung
|
|
Usia
Sex
Golongan
darah
Produksi
asam lambung
nyeri
|
40-50
tahun
♂/♀
= 4:1
Golongan
O
Hypersekresi
- Nyeri
2-3 jam setelah makan
- Nyeri
malam hari ( jam 0100 – 0200 )
|
50
tahun
♂/♀
= 2:1
Golongan
A
Normal/hyposekresi
Nyeri
½ - 1 jam setelah makan
|
D. Diagnosis
Ø Pemeriksaan
fisik menunjukan rasa sakit epigasstrik meliputi daerah bawah tulang dada
hingga daerah sekitar pusar, jarang melebar kebelakang abagian tubuh.
Ø Tes
laboratorium yang rutin tidak menolong menegakkan diagnosis ulkus tanpa
komplikasi. Hematokrit, hemoglobin dan Hemoccult
test ( tes untuk mendeteksi dah ditinja) digunak untuk mendeteksi
pendarahan.
Ø Diagnosis
H.pylori dapat digunakan dengan tes invesif dan non-invesif. Tes invesif
menggunakan endoskopi dan biopsi aktivitas urease. Tes non-invesif meliputi uji
poernafasan urea dan tes deteksi anti bodi. Deteksi anti bodi berguna untuk
mendeteksi IgG yang mengatasi H.pylori, tetapi tes tidak biasa dilakukan untuk
mengetahui teratasinya H.pylori, karena titer anti bodii memerlukan waktu 0,5 –
1 tahun untuk kembali kekisaran tidak terinfeksi. dari tes skiring karena
prosesnya cepat, tidak mahal dan kurang invesif dibandingkan tes biopsi
endoskopi.
Ø Tes
deteksi anti bodi adalah awal dari tes skiring karena prosesnya cepat, tidak
mahal dan kurang invesif dibandingkan tes biopsi endoskopi.
Ø Diagnosis
ulkus tegantung dari visualisasi dari lubang tukak melalui radiografi saluran
cerna atsa. Radiografi lebih dipilih sebagai prosedur diagnosis awal pada
pasien yang dicurigai menderita tukak tanpa komplikasi. Jika penyakit tukak
ditemukan pada radiografi, maka keganasan harus dipastikan dengan visualisasi
endoskopik langsung dan histologi.
1.2. Terapi
A. Tujuan Terapi
Sasaran
terapi adalah menghilangkan nyeri tukak, mengobati ulkus, mencegah kekambuhan,
dan mengurangi komplikasi yang berkaitan dengan tukak. Pada penderita H.pylori
positif, tujuan terapi adalah mengatasi mikroba dan menyembuhkan penyakit
dengan obat yang efektif secara ekonomi.
B. Pendekatan Umum
Terapi NonFarmakologi
Ø Pasien
dengan tukak harus mengurangi stres, merokok, dan penggunaan NSAID (termasuk
aspirin). Jika NSAID tidak dapat dihentikan penggunaannya maka harus
dipertimbangkan pemberian dosis yang rendah atau diganti dengan acetaminofen,
CO
inhibitor relatif selektif (nabumeton,
etodolak), inhibitor selektif kuat (
celecoxib, refecoxib), Pemberian bersama makanan, antagonis reseptor
(
RA), atau proton pump
inhibitor (PPI) dapat menurunkan gejala dan kerusakan mukosa.
Ø Walaupun
tidak ada kebutuhan diet khusus, pasien harus menhindari makan dan minuman yang
menyebabkan penyakit tukak, contoh : makanan pedas, kafein, dan alkohol.
Ø Antasida
dapat digunakan dengan obat anti tukak lainnya untuk menatasi gejala penyakit
tukak.
Terapi Farmakologi
Ø Uji
H.pylori direkomendasikan hanya bila
direncanakan terapi eradikasi. Eridikasi direkomendasikan untuk semua pasien
yang terinfeksi H.pylori, dengan tukak aktif, dan tukak yang sudah ada
sebelumnya, atau dengan komplikasi tukak. Regimen individual harus diseleksi
berdasarkan efikasi toleransi, interaksi obat potensial, resistensi antibiotik,
biaya dan kepatuhan pasien.
Ø Pengobatan
harus diawali dengan regimen 3 obat PPI. Obat ini lebih efektif, memiliki
toleransi lebih baik, lebihsimpel dan akan membuat pasien lebih patuh dalam
menjalani pengobatan. 14 hari dipilih lebih dari 10 hari karena durasi yang
lama menyebabkan pengobatan berhasil. 7 hari teratur tidak dianjurkan.
Ø Regimen
2 obat kurang efektif dibandingkan dengan regmen 3 obat dan hanya antibiotik
yang dapat menyebabkan resistensi anti mikroba.
Ø Bismuth-based
four drug regimens ( regimen 4 obat dengan Bismuth) efektif tetapi memiliki
aturan dosis yang komplek dan tinghginya efek yang tidak diinginkan.
Ø Pasien
dengan penyakit tukak aktif harus menerima terapi tambahan dengan PPI /
RA untuk meringankan
penyakit.
Ø Jika
pengobatan kedua untuk H.pylori dibutuhkan maka harus dipilihan antibiotik yang
berbeda.
Ø Pasien
harus diminta untuk menggunakan seluruh obat (kecuali PPI) pada makanan dn pada
waktu istirahat(jika perlu). PPI harus dikonsumsi 15-30 menit sebelum makan.
Ø Eradikasi
H.pylori tidak menjamin kesehatan pasien tidak patuhatau tidak toleran, pada
pasien dengan sindrom Zollinger–Ellison.
Ø Pengobatan
anti tukak yang konvensional (
RA,PPI atau sukarfat)
(Tabel32.2) adalah pengobatan alternatif tapi tak begitu efektif, karena dapat
menyebabkan kekambuhan. Terapi ini tidak meningkatkan keefektifan dan
memerlukan biaya yang mahal.
Ø Terapi
pemeliharaan dengan
RA dois rendah, PPI,
atau sukarfat (Tabel 32.1) harus dibatasi karena memiliki resiko yang tinggi
untuk pasien yang H.pylorinya gagal dieradikasi, pasien dengan beberapa
penyakit komlikasi, dan pasien tukak dengan H.pylori negatif.
Ø Tukak
yang sulit disembuhkan dengan dosis obat standar PPI (contoh: omeprazol
20mg/hari, atau dosis tinggi
RA biasanya dapat
disembuhkan dengan dosis PPI yang lebih tinggi (contohnya : omeprazol
40mh/hari. Tetapi pemeliharaan dengan dosis PPI penting untuk mencegahan
kekambuhan.
Ø Kebanyakan
tukak induksi NSAID yang tidak komplek penyembuhan dengan regimen terapi
standar
RA, PPI, atau
sukralfat. Jika NSAID dihentikan dilanjutkan, PPI merupaka obat pilihan, karena
untuk penekanan asam yang kuat dibutuhkan untuk mempercepat kesembuhan total.
Jika H.pylori ada, pengobatan harus dimulai dengan regimen eradikasi yang
serius sementara dia masih menggunakan NSAID, harus mendapat terapi profilaksis
dengan misopastol atau PPI.
Ø Pasien
dengan kompikasi (pendarahan saluran cerna atas, obstruksi, perforasi, atau
penetrasi) sering membutuhkan terapi pembedahan atau endoskopi.
Tabel
32.1 Perbandingan Regimen Obat yang
Digunakkan Untuk eradikasi H.pylori
|
Obat
|
Evektivitas
|
Obat Ikatan
|
Komplikasi
|
|
Regimen
2 Obat
1.
Klaritromisin, 500mg 3x3 hari
selama 14 hari
PPI
atau 2x3 hari selama14-20 14-20 hari
2.
Klaritromisin, 500mg 3x3 hari
selama 14 hari
RBC
400mg 2x3 hari selama 14-20 hari
3.
Amoksisilin 1 gr 2x3 sampai 3x2
hari selama 14 hari
PPI
atau 2x3 hari selama 14 hari
Regimen
3 Obat
4. Klaritromisin, 500mg 2x1 hari selama 10-14 hari
Amoksisilin, 1gr 2x1 hari selama 10-14hari
PPI 2x1
hari selama 10-14 hari
5. Klaritromisin, 500mg 2x1 hari selama 10-14 hari
Metronidazol, 500mg 2x1 selama 10-14 hari
PPI 2x1 hari selama 10-14 hari
6. Amoksisillin,
500mg 2x1 hari selama 10-14 hari
Metronidazol, 500mg
2x1 hari selama 10-14 hari
PPI 2x1 hari selama
10-14 hari
7. Kalitromisin,
500mg 2x1 hari RBC 400mg 2x1 hari selama 10-14 hari
8. Kalitromisin, 500mg 2x1 hari
Metronidazol, 500mg 2x1 hari selama 10-14 hari
9.
Kalitromisin, 500mg 2x1 hari
Tetrasiklin 500mg 2x1 hari selam 14 hari
RBC 400mg 2x1 hari
selama 14 hari
10. BSS
500mg 4x1 hari selama 14 hari
Metronidazol
250-500mg 4x1 hari selama 14 hari
Tetrasiklin 500mg 4x1
hari selama 14 hari
11. BSS
500mg 4x1 hari selama 14 hari
Metronidazol
250-500mg 4x1 hari selama 14 hari
Klaritromicin
250-500mg 4x1 hari selama 14 hari
12. BSS
500mg 4x1 hari selama 14 hari Metronidazol 250-500mg 4x1 hari selama 14 hari
Amoksisillin 500mg
4x1 hari selama 14 hari
|
Cukup-Baik
Cukup-Baik
Kurang-Cukup
Baik-Sangat baik
Baik-Sangat baik
Baik
Baik
Baik-Sangat baik
Baik-Sangat Baik
Baik-Sangat baik
Baik-Sangat Baik
Cukup Baik
|
Rendah-Sedang
Rendah-Sedang
Rendah-Sedang
Rendah-Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah-Sedang
Sedang-Tinggi
Sedang Tinggi
|
Sering
Sering
Sering
Sering
Sering
Sering
Sering
Sering
Sering
Tidak
Sering
Tidak
Sering
Tidak
Sering
|
Keterangan :
PPI :
Proton Pump Inhibitor
H2RA : H2 reseptor Antagonis
RBC :
Ranitidin Bismuth Sitrat
BSS :
Bismuth Subsalisilat
Tabel
32.2 Obat oral yang biasa digunakan untuk penyembuhan peptic ulcer atau untuk
terapi pemeliharaan ulcer.
|
Obat
|
Duodenal atau
Gastric Ulcer (milligram perdosis)
|
Pemeliharaan
Duodenum atau gastric ulcer (milligram perdosis)
|
|
H2
ReseptorAntagonis
|
|
|
|
Simetidine
|
300 qid, 400 qid, 800 hs
|
400-800 hs
|
|
Famotidin
|
20 bid, 40 hs
|
20-40 hs
|
|
Nizatidin
|
150 bid, 300 hs
|
150-300 hs
|
|
Ranitidin
|
150bid, 300 bid
|
150-300 hs
|
|
Proton
Pump Inhibitors
|
|
|
|
Omeprazole
|
20-40 qid
|
20-40 qid
|
|
Lansoprazole
|
15-30 qid
|
15-30 qid
|
|
Rabeprazole
|
20 qid
|
20 qid
|
|
Pantoprazole
|
40 qid
|
40 qid
|
|
Esomeprazole
|
20-40 qid
|
20-40 qid
|
|
Mucosal
Defense
|
|
|
|
Sukralfat (gram perdosis)
|
1 qid, 2 qid
|
1-2 bid atau 1 qid
|
A.
ANTASIDA
Antasida adalah senyawa
yang mempunyai kemampuan menetralkan asam klorida (lambung) atau mengikatnya
,sediaan antasida dapat digolongkan
menjadi :
1)
Dengan kandungan alumunium dan magnesium
2)
Dengan kandungan natrium bikarbonat
3)
Dengan kandungan bismul dan kalium
Antasida masih
bermanfaat untuk mengobati penyakit
saluran cerna. Antasida seringkali dapat meringankan gejala-gejala yang munul
pada penyakit despepsia tukak maupun bukan tukak, serta pada penyakit refluks
gastroesofageal (gastroesofagitis).
Antasida paling baik
diberikan manakala gejala-gejala muncul atau diperkirakan akan muncul ,lazimnya
diantara waktu makan dan sebelum tidur, sehari atau lebih. Dosis tambahan
mungkin diperlukan yakni sampai interval setiap jam. Pemberian dosis lazim
(missal 10ml, 3 atau 4 kali sehari) penyembuhan tukak tetapi kurang efektif
bila dibandingkan dengan antisekresi, selain itu bukti tentang hubungan antara
penyembuhan dan kapasitas penetralan belum jelas.
Pemilihan anasida bergantung pada kapasitas penetralan, kandungan
ion natrium efek samping, palatibilitas dan kemudahan penggunaannya. Pemberian
antasida dengan kandungan nattium tinggi (missal campuran magnesium trisilikat)
harus dihindari pada pasien yang masukan natrium dalam makanannya dibatasi. Demikian
juga pada kondisi ginjal dan jantung kehamilan.
Hipermgnesimila mungkin
terjadi bila antasida yang menandung magnesium digunakan oleh pasien yang
mengalami gagal ginjal. Pemberian antasida bersama-sama dengan obat lain harus
dihindari karena mungkin dapat mengganggu absorpsi obat lain dan selain itu
antasida mungkin dapat merusak salut enteric yang diranang untuk menegah
pelarutan obat dalam lambung.
Interaksi
:
·
Penghambatan ACE : Antasid mengurangi absorpsi
dari posinofril
·
Analgetik : eksresi asetosal dipertinggi
dalam urin basa ,antacid mengurangi absopsi diflunisal
·
Antiaritma : eksresi kinidin diturunkan
dalam urin basa (kadang bisa menurunkan kadar plasma)
·
Antibakteri : antacid mengurangi absorpsi
azitromisin ,sefpodoksin ,siprofloksasin ,isoniazid ,nitrofurantion
,norfloksasin ,ofloksasin ,rifampisin ,dan sebagian besar tetrasiklin
·
Antiepileptic : antacid menurunkan
absorpsi gabapentin dan fenitoin
·
Antijamur : antacid menurunkan absorpsi
intraonazol dan ketokonazol
·
Antimalaria : antacid mengurangi absorsi
klorokuin dan hidroksiklorokuin
·
Antipsikotik : antacid menurunkan
absorpsi
·
Besi : magnesium trisilikat mengurangi
absorpsi besi oral
1)
Antasida
dengan kandungan aluminium dan atau magnesium
Antasida yang mengandung magnesium atau aluminium
yang relative tidak larut dalam air seperti magnesium karbonat ,hidroksida dan
trisiklat serta aluminium glisinat dan hidroksida ,bekerja lama bila berada
dalam lambung sehingga sebagian besar tujuan pemberian antasida terapai
,sediaan yang menngandung magnesium mungkin dapat menyebabkan diare dan
sedangkan yang mengandung aluminium menyebabkan konstipasi.
Manfaat sediaan ampuran dibandingkan
sediaan tunggalnya belum jelas benar ,kapasitas penetral keduanya mungkin sama.
Selain itu kompleks seperti hidrotaltist ,tidak menunjukkan manfaat khusus
Indikasi :
Dyspepsia ,hiperfosfatemia
Kontraindikasi : Hipofosfatemia
Indikasi
: dispepsia
Peringatan : gangguan ginjal ,dan lihat juga atatan diatas
Kontra
indikasi : hipofosfatemia
Efek
samping : diare
Indikasi
: dispepsia
Peringatan : gangguan ginjal
Senyawa lain sering ditemukan dalam sediaan
tunggal maupun kombinasi. Simetikon ditemukan dalam sediaan tunggal maupun
kombinasi ,simetikon bentuk aktif dimetikon, diberikan sendiri atau ditambahkan
pada antasida sebagai antibuih untuk meringankan kembung (flatulen). Senyawa
algiat mungkin bermanfaat melindungi mukosa esophagus dari refluks
gastroesofageal.
2)
Antasida
Dengan kandungan Natrium Bikarbonat
Natrium bikarbonat merupakan antasida
yang larut dalam air dan bekerja cepat. Namun bikarbonat yang terabsopsi
menyebabkan alkalosis ,terutama digunakan dalam dosis berlebih. Seperti
anatasida lainnya yang mengandung karbonat, terlepasnya karbondiokasida
menyebabkan sendawa ,pemberian natrium bikarbonat dan sediaan antasida yang
kandungan natriumnya tinggi, seperti ampuran magnesium trisiklat ,harus
dihindari pada pasien yang sedang diet garam (pada gagal jantung ,gangguan hati
dan ginjal).
Indikasi :
meringankan dyspepsia dengan epat
,alkalinisasi urin
Peringatan : mengganggu hati dan ginjal ,penyakit jantung, kehamilan, pasien
yang membatasi masukan garam ,usia lanjut ,hindari pengguaan jangka panjang
Efek samping :
bersedawa ,alkalois pada penggunaan jangka panjang
3) Antasida Dengan Kandungan Bismut
Dan Kalsium
Antasida yang mandung bismut (keuali khelat)
sebaiknya dihindari karena bismuth yang terabsorpsi bersifat neutrotoksik
,menyebabkan ensefalopati dan enderung menyebabkan konstipasi.
Antasida yang mengandung kalsium dapat
menyebabkan sekresi asam lambung berlebihan ,penggunaakn klinik dosis rendah
diragukan ,tetapi penggunaan dosis besar jangka panjang menyebabkan
hiperkalsemia dan alkalois ,serta memicu sindrom susu-alkalos
B.
ANTAGONIS
RESEPTOR-H2
Semua antagonis
reseptor-H2 menyembuhkan
tukak lambung dan duodenum dengan cara mengurangi sekresi asam lambung sebagai
akibat hambatan reseptor-H2. Sebagaimana halnya simetidin dan
ranitidine, senyawa yang lebih baru [ Famotidin dan nizatidin [ diduga juga
dapat meringankan tukak esophagitis. Selain itu, dosis tinggi antagonis
reseptor –H2 telah digunakan dalam pengobatan sindrom
Zollinger-Ellison, meskipun sekarang omeprazole lebih disukai.
Terapi
pemeliharaan denga dosis rendah mengurangi angka kambuh tukak, tetapi tidak
mengubah perkembang alami penyakit bila pengobatan telah dihentikan dan
eradikasi H ,piory harus dipertimbangkan.
Pengobatan
dyspepsia yang tidak terdiagnosis dengn antagonis reseptor -H2 mungkin
dapat diterima bagi pasien muda, tetapi tidak bagi pasien usia lanjut karena diagnosis
kanker lambung mungkin tertunda. Terapi dengan antagonis H2 dapat
menyembuhkan tukak AINS, tetapi tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
komplikasi tukak dapat diegah. Terapi tersebut belum melihatkan manfaat pada
kasus hematemesis dan melaina, namun penggunaan profilakasi dapat mengurangi
prekuensi pendarahan dan erosi gasroduodenum pada koma hepatic ,dan kemungkinan
pada kondisi lain yang memerlukan perawatan yang instensif. Selain itu terapi
dengan reseptor - H2 juga mengurangi prekuensi aspirasi asam pada
pasien obsterik saat melahirkan (sindromen delson).
Efek
samping : antagonis reseptor H2 dapat
ditoleransi dengan baik dan efek sampingnya relative baik dangan hanya dengan sedikit
perbedaan obat yang ada, pusing, lelah dan ruam kulit kadang-kadang muncul
setelah semua pemberian antagonis reseptor -H2 demikian pula, meskipun
jarang dilaporkan sakit kepala, disfungsi hati dan gangguan darah. Laporan yang
jarang lainnya meliputi bradikardi atau bloc AVI , bingung nefritis
interstitial, setra urtikarian dan aniodema.
Interaksi
:
simetidin menghambat metabolisme oksidativ obat dengan cara mengikat sitokrom
P-450 mikrosomahati. Hambatan tersebut dapat meningkatkan kerja (potensiasi)
warfarin, penitoin, dan teopilin atau aminopilin. Karna itu pemberian pada
pasien yang sedang mendapat terapi intensif dengan obat-obatan tersebut arus
dihindari. Interaksi dengan obat lain mungkin kurang menunjukkan makna kelinik,
Ranitidin, Pamotidin dan Nizatidin tidak memperlihatkan sifat hambatan
metabolisme oksidatif sebagai mana ditunjukkan simetidin.
Indikasi :
Tukak lambung dan tukak deuidenum, tukak stomal, refluks, esofagitis,
sindrom,zollinger-ellison, kondisi lain dimana pengurangan asam lambung akan
bermanfaat.
Peringatan :
Liat keterangan diatas gangguan dinjal dan hati ( kurangi dosis),kehamilan dan
menyusui, injeksi i.v lebih baik dihindari (infus lebih baik), terutama pada
dosis tinggi dan ganggauan pada kerdiovaskula.
Efek samping :
Kebiasaan buang air besar berubah, pusing,ruam kulit, letih adaan bingung,
kerusakan hati, sakit kepala, anemia, nyeri otot atau sendi, hipekesentifitas
dan blok AV, kadang-kadang juga bermasalah dengan simetidin ( tetapi biasanya
hanya terjadi pada dosis tinggi.
Dosis :
· Oral
400mg 2x1 hari setelah makan pagi dan sebelum tidur malam atau 800mg sebelum
tidur malam. Paling sedikit selama 4 minggu ( 6 minggu pada tukak lambung, 8
minggu karena tukak akibat AINS bila perlu dosis dapat ditingkatakan sampai
400mg 4x 1 hari. Anak lebih dari 1 tahun 25-30mg/kg perhari dalam dosis
terbagi.
· Refluks
esofagitis 400mg 4x 1 hari selama 4-8 minggu. Sindrom zollinger-ellison 400mg
4x1 hari kadang-kadang lebih. Pengurangan asam lambung obstertik 400mg pada
awal melahirkan, kemudian bila perlu sampai 400mg setiap 4 jam, prosedur bedah
400mg 90-120 menit sebelum induksi anestesi umum.
· Untuk
mengurangi degradasi suplemen enzim pankretik, 0,8mg- 1,6mg sehari dalam 4
dosis terbagi menurut respon 1- 14 jam sebelum makan.
· Injeksi
i.m 200mg setiap 4-6 jam maksimal 2,4 gr perhari
· Injeksi
Intravena lambat 200mg tidak kurang 2 menit dibrikannya, dapat diulang setiap
4-6 jam.
Sediaan
beredar
Simetidin (generik), tablet 200mg
(K),blokacid (prafa) cairan Inj. 100mg/ml, tablet 200mg (K), ciemet (pharpos)
tablet 200mg (K), decamet (harsen) tablet 400mg (K)(, priocid (Itrasel) kapsul
200mg, 250mg/5ml (K), ramet (rama) tablet 200mg, ulsikur (kalbe farma) cairan
Inj. 200mg/ml. tablet 200-400mg (K).
Indikasi : Tukak lambung dan tukak deuidenum, refluks, esofagitis,
sindrom, zollinger-ellison.
Peringatan : Tidak mengahambat metabolisme obat mikrosoma hati.
Efek samping : Lihat pada simetidin dan keterangan diatas.
Dosis
:
· Tukak
lambung dan doudenum pengobatan 40mg sebelum tidur malam selama 4- 8 minggu
pemeliharaan ( duodenum), 25 mg . Anak-anak tidak dianjurkan.
· Refluks
esofagitis 20-40mg 2x 1 hari selam 6-12 minggu, pemeliharaan 20mg 2x 1 hari.
Sediaan
beredar :
Famotidin
(generik) tablet SS 20mg (K), corocyd (coronet) tablet SS 40mg K,pacid (kalbe
farma) tablet 20-4-mg K, famoci (sanbe) tablet SS 20-40mg K, fluktan (tunggal)
tablet 20-40mg K.
Indikasi
: tukak lambung dan tukak
duodenum, refluks esophagitis
Peringatan
: lihat pada simetidin, tidak
menghambatmetabolisme obat mikrosoma hati.
Efek
Samping :lihatpada simetidin dan
keterangan di atas; berkeringat juga pernah dilaporkan; ginekomastia (jarang).
Dosis
:
· Oral
: tukak lambung dan tukaka duodenum, pengobatana 300 mg sebelum tidur malam
arau 150 mg 2 kali sehari selama 4-8 minggu ( sampai 8 minggu pada tukak akibat
AINS); pemerilaharaan 150 mg sebelum tidur malam; anak-anak tidak dianjurkan.
Refluks esophagitis, 150-300 mg 2 kali sehari selama samapai 12 minggu.
· Infus
intravena : untuk penggunaan jangja pendek pada tukaka lambung pasien rawat
inap sebagai alternative terhadap penggunaan oral, dengan cara infus intravena
berselang (intermittent) selama 15 menit, 100 mg 3 kali sehari,atau dengan cara
infus intravena berkesinambungan, 10 mh/jam, maksimal 480 mg sehari; anak-anak
tidak dianjurkan.
Sediaan
beredar : Axid cairan inj 25
Indikasi : tukak lambung dan tukak
duodenum, refluks, esophagitis, dipepsia episodic kronis, tukak akibat AINS,
tukak duodenum karena H. pylori, sindrom
Zollinger-Ellison, kondisi lain dimana pengurangan asam lambung akan
bermanfaat.
Peringatan
: lihat pada simetidin; tidak
menghambat metabolism obat mikroson hati secara nyata hindarkan pada porfiria.
Efek
samping : lihat pada simetidin dan
keterangan diatas; ginekomastia dan nyeri tekan pada laki-laki (jarang);
eritema multiforme pernah dilaporkan.
Dosis :
· Oral
: 150 mg 2 kali sehari ( pagi dan malam )
atau 300 mg sebelum tidur malam (tukak lambung dan tukak duodenum) selama 4-8
minggu sampai 6 minggu pada dipepsia episodic kronis, dan sampai 8 minggu pada
tukak lambung akibat AINS); pada tukak lambung duodenum 300 mg dapat diberikan
dua kali selama 4 minggu untuk mencapai laju penyembuhan yang lebih tinngi,
anak-anak(tukak lambung) 2-4 mg/kg 2 kali sehari maksimal 300 mg sehari.
· Injeksi
intramuscular : 50mg setiap 6-8jam
· Injeksi
intravena lambat : 50 mg diencerkan sampai 20 ml dan siberikan selama tidak
kurang dari 2 menit; dapat diulang setiap 6-8 jam.
· Infus
intravena : 25 mg/jam selama 2 jam; dapat diulang setiap 6-8 jam.
Sediaan
beredar :
radin
( dexa medica), gastridin ( interbat), rantin ( kalbe farma), ulcerananin
(otto).
C.
ANTIMUSCARINIK
YANG SELEKTIF
Piramzepin
adalah seuatu obat anti muskarinik yang selektif yang telah digunakan untuk
mengobati tukak lambung dan duodenum
Piramzepim
Indikasi :
Tukak lambung dan duodenum
Peringatan : gangguan hati tau ginjal ,pecandu
alcohol
Kontar indikasi : bersama obat anti infalamasi nonstroid
Efek
samping : leukofenia,
trombosittokofenia, ulsaseruai mulit, stomatitis, diare, depresi sumsum tualng,
kerusakan hati dan giinjal, ostoeforosis, reaksi paru dan neutroktrosik
Dosis :
dalam dsis terbagi selama 4-6 minggu
D.
KELATOR
DAN SENYAWA KOMPLEKS
Trikalium
disitratobismulat adalah suatu khelat
bismuth yang efektif dalam menyembuhkan tukak lambung dan duodenum tetapi tidak
digunakan sendirian untuk pemeliharaan remisi. Senyawa ini bekerja melalui efek
toksik langsung pada H.pyrori lambung
atau dengan merangsang sekresi prostaglandin atau bikarbonat mukosa.
Masa resminya
lebih panjang dibandingkan dengan antagonis reseptor -H2 ,tetapi
masih terjadi kambuh dan sekarang telah dikembangkan aturan pakai regimen
yang melibatkan antibiotika. Meskipun telah dilaporkan terjadinya absorpsi, Ensefolapati
yang munul dengan sediaan lama bismuth dosis tinggi, belum pernah dilaporkan, sediaan
tablet sama sama efektifnya dengan sediaan cair dan lebih enak.
Sukralfat
adalah obat lain untuk tukak lambung dan duodenum ,kerjanya melindungi mukosa
dari serangan pepsin asam. Senyawa ini merupakan kompleks aluminium hidroksida
dan sukrosa sulfat dengan sifat antasida minimal.
Indikasi : tukak lambung dan tukak
duodenum
Interaksi : menurunkan absorpsi tetrasiklin
Kontaindikasi : gangguan ginjal dan kehamilan
Efek
samping : dapat membuat lidah
berwarna gelap dan wajah kehitaman; mual dan muntah telah dilaporkan.
Sediaan : de-nol tablet 120 mg
Indikasi : tukak lambung dan tukak
duodenum
Peringatan : gangguan ginjal (hilangkan bila
berat); kehamilan dan menyusui
Interaksi : menurunkan absorpsi
siprofolasasin, norflosasin, tetrasiklin, fenetoin, ketokkonazol, tirosin,
mungkin menurunkan absorbs warfarin dan glikosida jantung.
Efek
samping : konstipasi, diare, mual,
gangguan pencernaan, gangguan lambung, mulut kering, ruam, gatal-gatal, nyeri
punggung, pusing, sakit kepala, vertigo dan mengantuk.
Dosis
: 2 gram dua kali
sehari ( pagi dan sebelum tidur malam) atau 1 g 4 kali sehari 1 jam sebelum
makan dan sebelum tidur malam, diberikan selama 4-6 minggu atau pada kasus yang
resisten 12 minggu; maksimal 8 g sehari; anak-anak tidak dianjurkan.
Sediaan
Beredar : inpepsa, ulsafate, ulsidex
E.
ANALOG
PROSTAGLANDIN
Misoprostol
suatu analog prostaglandin sintetik yang memiliki sifat antisekresi dan
proteksi, mempercepat penyembuhan tukak lambung dan duodenum. Senyawa ini dapat
mencegah terjadinya tukak karena AINS. Penggunaannya paling cocok bagi pasien
yang lemah atau berusia sangat lanjut dimana penggunaan AINS tidak dapat
dihentikan.
MISOPROSTOL
Indikasi : tukak lambung dan tukak
duodenum, tukak karena AINS.
Peringatan : keadaan hipotensi yang dapat
memicu komplikasi yang berat ( missal penyakit serebrovaskular, penyakit
kardiovaskular)
Kontraindikasi : kehamilan dan merencanakan hamil (
meningkatkan tonus uterin)
Perhatian
: Wanita dalam usia subur
dan wanita yang sedang menyusui. Misoprostol tidak boleh diberikan pada wanita
usia subur, kecuali bila pasien bersangkutan memerlukan terapi AINS dan
beresiko tinggiterhadap terjadinya komplikasi dari tukak karena AINS. Pada
pasien seperti ini, misoprostol hanya digunakan kontrasepsi yang efektif dan
telah diberitahu resikonya menggunakan misoprostol bila hamil.
Efek
samping : Diare (kadang-kadang dapat parah dan obat
perlu dihentikan, dikurangi dengan memberikan dosis tunggal tidak melebihi 200
mikrogram dan dengan menghindarai antasida yang menggunakan magnesium); juga
dilaporkan nyeri abdomen, dipepsia, kembung, mual dan muntah, pendarahan vagina
yangabnormal (termasuk pendarahan antar mensturals, monorhagia, dan pendarahan
pada menopause), raum, pusing.
Dosis
: Tukak lambung dan
duodenum serta tukak karena AINS, 800 mcg sehari(dalam 2-4 dosis terbagi)
dengan sarapan pagi dan sebelum tidur malam; pengobatan harus dilanjutkan
selama tidak kurang dari 4 minggu dan bila perlu dapat dilanjutkan sampai 8
minggu. Profilaksis tukak lambung karena AINS dan tukak duodenum, 200 mcg 2-4
kali sehari bersama AINSnya. Anak-anak tidak dianjurkan.
Sediaan
: cytotec (searly,
England) ttablet 200 mcg (K)
F.
PENGHAMBAT POMPA PROTON
Merupakan pengobatan
jangka pendek yang efektif untuk tukak lambung dan duodenum. Selain itu juga
digunakan dalam kombinasi dengan antibiotika untuk erediksi H. pylori.
Peringantan : harus digunakan hati-hati pada pasien penyakit hati, kehamilan
dan menyusui.
Efek
samping : Sakit kepala, diare, ruiam, gatal-gatal, pusing.
Indikasi : Tukak tukak lambung dan duodenum, karena H.pylori
sindrom zollinger-ellison.
Interaksi : Meningkatkan kerja walfarin,meningkatkan efek
femitanin, menghambat metabolisme diazepam.
Efek samping : Demam, mudah
berkeringat, ginekomastia, gangguang kecap, stomatitis, kondisi saluran cerna,
kompusio mental, dan halusinasi pada sakit yang parah.
Dosis :
· Tukak
lambung dan tukak duodenum 200mg perhari selama 4 minggu pada tukak duodenum
atau 8 minggu pada tukak lambung, pencegahan kambuh tukak duodenum 10 mg
sehari.
· Tukak
duodenum karena H.pylori menggunakan amoksisilin dengan omefrazol sindrom
zollinger-ellison, awalnya 60mg sehari 1 kali.
· Refluks
gastoesofagus 2mg sehari selama 4 minggu diikuti 4-6 minggu berikutnya tidak
sepenuhnya sembuh.
· Dispepsia
karena asam lambung 10mg-20mg sehari selama 2-4 minggu, anak-anak tidak
dianjurkan
Sediaan
beredar :
Omefrazol
(generik) kapsul 20mg K, lambuzol (bintang), 20mg Kapsul K, Lok Lor (medikon
prima ) kapsul 20mg K, pumpitor (sanbe) kapsul 20mg K, socid (soho) kapsul 20mg
K.
Indikasi : Tukak lambung dan tukak duodenum karena H.pylori,
penyakit refluks gastro estrofagus, dipepsia karena asam.
Interaksi : Mungkin mempercepat metabolisme, kontrasipsi olar.
Efek samping : Memar, purpura, petekia.
Dosis :
·
Tukak lambung 30mg sehari pada pagi hari
selama 8 minggu.
·
Tukak duodenum 30mg perhari pada pagi
selam 4 minggu.
·
Gastro esofagus 30mg sehari pada pagi
hari selama 4 minggu.
·
Anak-anak tidak dianjurkan
Sediaan beredar : Batalans (mahakam
beta) kapsul 30mg K, laz (dexa medica) kapsul 30mg K, prosogan (taxeda) kapsul
30mg K, prolanz (sunthi sefuri) kapsul 30mg K.
Langganan:
Komentar (Atom)